Kamis, 29 Juli 2010

Anekdot Sufi

ANTARA ADA DAN TIDAK ADA


Perdebatan para santri di sebuah pesantren di Kediri, Jawa Timur berakhir tanpa keputusan. Biasanya perdebatan demikian pasti berkaitan soal teologi.
"Kalau seandainya seorang Mukmin membaca Laa Ilaaha Illallah di akhir hayatnya, tetapi baru sampai Laa Ilaaha...(tiada Tuhan), apakah matinya mukmin atau kafir?" tanya seorang santri mengawali perdebatan.
Pertanyaan ini tentu menggemparkan hadirin yang sedang berdiskusi. Mereka berdebat seru sampai akhirnya seorang ustadz turun tangan.
"Menurut saya, ya, dia mati kafir....!"
Tapi perdebatan tidak berhenti di situ, karena para santri masih terus mengalami kemuskilan.
"Lho, pak ustadz, dia niatnya kan sudah membaca Laa Ilaaha Illallah, kalau tidak selesai itu bukan urusan dia, yang penting kan Allah melihat hati hamba-Nya, bukan ucapannya," sergah santri lain.
"Tapi kita kan harus menghukumi yang bersifat formalnya, bukan dalamnya, kita hukumi lahiriyahnya, soal rahasia batin orang itu, bukan urusan kita. Tapi urusan Allah,"jawab sang ustadz.
Nun di sudut tempat itu, ada seorang penjaja kue yang menyimak dengan asyiknya majelis diskusi kaum santri. Spontan ia pun nyeletuk. "Maaf Pak Ustadz, saya boleh tanya?"
"Tanya apa?"
"Lebih dulu mana, usia Ada dengan Tiada itu?"
Suasana forum benar-benar senyap dengan pertanyaan tukang kue itu. Semua terdiam. Pertanyaan yang sangat dalam dan mengandung dimensi filsafat yang menembus wilayah tanpa batas.
"Ya..ya...lebih dulu Ada...!"kata sang ustadz.
"Kalau begitu, dia mati dalam keadaan muslim. Sebab yang tergambar adalah Adanya Allah. Kalau kata tidak ada , pasti hakikatnya Ada juga."
Semua hadirin mengiyakan penjelasan penjaja kue itu. Para santri pun puas karena merasa ada yang menolong. Dan si pedagang kue itu nyelonong pergi begitu saja, tanpa diketahui rimbanya.

Munajat

"Ya Allah, bila mata hati penghuni dunia sejuk dengan dunianya, maka sejukkanlah mata hatiku bersamaMu. Sejukkanlah mata hatiku dengan nikmatnya mesra bersamaMu dan rindu bertemu denganMu."

( Rasulullah s.a.w )

Petuah Bijak

"IRINGILAH YANG BURUK DENGAN YANG BAIK, MAKA YANG BAIK AKAN MENGHAPUSKANNYA."

( Rasulullah s.a.w )

Humor Gus Dur

Kiai Dan Tuhan

INI cerita Gus Dur tentang seorang Kiai yang terkenal alim. Dia punya beberapa anak dan pak Kiai mendidik mereka ilmu agama dengan tekun. Entah mengapa, suatu hari salah satu anaknya masuk Kristen. Tentu saja dia sangat kaget dan sedih. "Tuhan, apa dosa saya, bukankah saya telah mendidiknya dengan baik?!" Setiap malam pak Kiai mengadukan halnya kepada Tuhan. Akhirnya datang jawaban dari Tuhan, "Sudahlah jangan bersedih. Jangan terlalu dipikirkan, karena kamu masih beruntung. Anak saya yang satu-satunya saja, juga masuk Kristen........."

Al-Hikam

Warid Dari Allah


"Sesungguhnya Allah memberimu warid, agar kepada-Nya engkau mendekat."


Penjelasan :

Tujuan penciptaan manusia (juga bangsa jin) adalah untuk beribadah (mendekatkan diri) kepada Allah Ta'ala. Maka, sudah sepantasnya jika hamba senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta-Nya. Maka berbahagialah mereka yang mendapatkannya.

Warid adalah pemberian-pemberian Allah yang berupa petunjuk, cahaya ilahi, kesenangan dalam beribadah, dan sebagainya.

Syekh Ibn 'Atha'illah juga berpesan,

"Allah memberimu warid untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman dunia dan membebaskanmu dari diperbudak oleh makhluk apapun."


Penjelasan :

Menurut pandangan Syekh Ibn 'Atha'illah, dalam pembahasan mengenai karunia Allah Ta'ala, ada tiga tingkatan warid yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya.

Pertama, supaya hamba merasa ringan dalam menjalankan perintah taat dan beribadah, serta mendekatkan diri ke hadirat-Nya.

Kedua, karena tidak tertutup kemungkinan hamba dirasuki perasaan kurang ikhlas, maka warid yang kedua ini bertujuan untuk melepaskan hamba dari tujuan kepada sesuatu selain Allah.

Ketiga, adalah untuk melepaskan diri hamba dari sifat-sifat wujud yang terbatas (sempit) untuk kemudian menyaksikan kebesaran Allah Ta'ala yang tidak terbatas, sehingga bisa melupakan yang selain-Nya.

Masih dalam kaitan warid ini, Ibn Atha'illah juga mengingatkan,
"Allah memberimu warid untuk melepaskanmu dari penjara wujudmu ke alam syuhud (penyaksian)."

Penjelasan :

Apabila seseorang telah sampai ke maqam syuhud, maka beragam penyakit hati akan segera menyingkir dari jiwanya. Dan apabila seorang hamba telah berada dalam keadaan hati (jiwa) yang tenang, maka bisikan maupun teriakan dunia akan langsung melemah di hadapannya. Kalaupun ia sempat tergoda dan terpikat olehnya, maka ia akan segera kembali. Dengan kata lain, sang hamba akan terbebas dari tuntutan nafsu, belenggu setan, dan bujuk rayu gemerlapnya dunia.

Rabu, 28 Juli 2010

Petuah Bijak

"Janganlah sampai organisasi atau partai kita membuat kita lupa kepada agama kita, dan janganlah sampai agama kita membuat lupa kepada Allah, Tuhan kita."

( Gus Mus )

Humor Gus Dur

Komandan Dijewer

Dalam suatu apel pagi, seorang komandan sedang mengetes anak buahnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Komandan, "Apa yang kamu lakukan jika kamu berhadapan dengan musuh dalam jumlah yang sangat besar?!!
Rucah: "Langsung saya serang Pak!!!"
Komandan: "Salah! Kamu harus melaporkan pada pasukanmu supaya dapat menyerang bersama-sam. Lalu bagaimana jika kamu berhadapan dengan seekor babi hutan yang jinak?!"
Rucah: "Saya melaporkan pada pasukan saya supaya dapat menyerang bersama-sama Pak!"
Komandan: "Salah! Kamu harus menjewer kupingnya supaya tidak nakal! Lalu apa yang kamu lakukan jika berhadapan dengan saya?"
Rucah: "Langsung saya jewer kupingnya pak, biar tidak nakal!!!"
Komandan: "??????"